Akhlakul Karimah...Oh Indahnya
Sabtu, 11 November 2017
Edit
Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna seorang Muslim. Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun budbahasa yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam merampungkan suatu permasalahan serumit apa pun.
Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum mendapatkan wahyu, dia bisa memperlihatkan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar aswad ketika pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, dia meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bantu-membantu mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan hasilnya sirna alasannya ialah semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya alasannya ialah kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal budbahasa pun ketika itu masih mempunyai nurani dengan memperlihatkan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa hingga kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh alasannya ialah itu, Islam membawa pedoman yang mewajibkan seluruh umatnya mempunyai akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci.
Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah pun tak membuatnya menjadi pendengki.
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan malah memutarbalikkan fakta hanya alasannya ialah gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran kalau Nabi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan pedoman Islam. Dan, siapa saja yang berhasil mengakibatkan akhlakul karimah sebagai huruf dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan eksklusif dan golongannya.
Betapa indahnya kalau semua elemen bangsa mempunyai huruf akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal kalau pribadi-pribadi bangsa ini tidak mempunyai akhlakul karimah.
Oleh Dr Abdul Mannan Berbagai Sumber