Wanita.....Apa Yang Kamu Cari???
Senin, 21 Mei 2018
Edit
Kenapa perempuan dapat membenci setengah mati laki-laki yang pernah dicintainya? Kenapa perempuan lebih menentukan perjaka badung daripada perjaka baik-baik?
Kenapa perempuan dapat melepas laki-laki mapan, cakep, arif dan baik demi laki-laki yang justru tidak lebih baik dari pilihan sebelumnya?
Jika perjaka memang buaya, kenapa cewek doyan dibuayain?
Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dibenakku yang seringkali saya menginginkan tanggapan yang absolute, namun seringkali saya hanya menemukan tanggapan relative… Apa sih yang dicari wanita? Rasa nyaman atau rasa aman? Cinta…, sebuah kata yang banyak diagungkan dan sekaligus menjerumuskan… Mungkin sudut pandang lurus seorang Night pada jalan yang tidak lurus dan sudut pandang Aimee yang lurus di jalan yang lurus (juga selalu mengharu biru) akan membentuk sudut pandang yang lebih berbeda.
Mungkin banyak buku yang membahas wacana bagaimana meluluhkan hati wanita, dari cara dikasihani sampai bersikap apa adanya dan lain-lain. Salah satu buku yang kusukai wacana hal beginian ialah buku Marketing in venus karangan Hermawan kartajaya (contoh kasusnya lebih cocok diaplikasikan di Indonesia daripada karangan Kotler ) dan buku-buku sikap konsumen lainnya. Memang sih terkesan tidak ada hubungannya tapi percayalah mempelajari customer tidak ubahnya dengan mempelajari cewek, selalu bekerjasama dengan mindshare, heartshare, positioning, meluluhkan hati, mengedepankan emosi,dll. Misalnya saja istilah kedepankan emosi maka budi ngga akan jalan, berapapun harga yang ditawarkan (selama masih wajar) maka niscaya akan dibeli walaupun ada penjual lain menunjukkan harga lebih murah…, ini alasannya ialah trust dan layanan purnajual, benak yang tertanam, dll.
Membenci dan Mencintai…
Semudah mencintai, semudah itulah membenci seseorang yang pernah singgah di hati kita…, tergantung kasus perkasus sih tapi percayalah minimal setelah putus kemungkinan untuk tetap temanan justru lebih sulit dan pada hasilnya menentukan tidak bekerjasama sama sekali. Saya percaya kalau kita dapat menyayangi seseorang dengan hati yang terdalam maka semudah itu kita akan membencinya, kenapa? Karena benci dan cinta dihasilkan dari hati yang sama, lagipula seseorang yang dapat menyakiti hati kita terang seseorang yang bersahabat dihati kita…, dualitas benci dan cinta tetap saja berasal dari satu hati.
Kenapa perjaka yang lebih badung justru disukai?
Pria badung lebih atraktif, itulah kesan yang ku tangkap. Wanita baik-baik lebih sering jatuh ke dalam pelukan laki-laki nakal, mungkin alasannya ialah laki-laki badung lebih berani dengan wanita? Atau perempuan lebih suka laki-laki nakal? Entahlah, hanya perempuan yang dapat menjawab ini…, lagi-lagi relative menurut selera, tapi coba saja baca buku-buku wacana kekerabatan laki-laki dan wanita, terang laki-laki badung lebih atraktif.
Kenapa?
Ketika perempuan dibuayain dan mereka tau yang dihadapi ialah buaya tetap saja ada yang jatuh ke dalam verbal buaya juga, ini sih hanya mereka yang mengalami yang dapat menjawabnya… Kenapa perempuan dapat melepas laki-laki mapan, cakep, arif dan baik demi laki-laki yang justru tidak lebih baik dari pilihan sebelumnya? Ini sih saya benar-benar penasaran, apakah yang terlalu tepat justru menjadi tidak sempurna?
Jika perjaka memang buaya, kenapa cewek doyan dibuayain?
Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dibenakku yang seringkali saya menginginkan tanggapan yang absolute, namun seringkali saya hanya menemukan tanggapan relative… Apa sih yang dicari wanita? Rasa nyaman atau rasa aman? Cinta…, sebuah kata yang banyak diagungkan dan sekaligus menjerumuskan… Mungkin sudut pandang lurus seorang Night pada jalan yang tidak lurus dan sudut pandang Aimee yang lurus di jalan yang lurus (juga selalu mengharu biru) akan membentuk sudut pandang yang lebih berbeda.
Mungkin banyak buku yang membahas wacana bagaimana meluluhkan hati wanita, dari cara dikasihani sampai bersikap apa adanya dan lain-lain. Salah satu buku yang kusukai wacana hal beginian ialah buku Marketing in venus karangan Hermawan kartajaya (contoh kasusnya lebih cocok diaplikasikan di Indonesia daripada karangan Kotler ) dan buku-buku sikap konsumen lainnya. Memang sih terkesan tidak ada hubungannya tapi percayalah mempelajari customer tidak ubahnya dengan mempelajari cewek, selalu bekerjasama dengan mindshare, heartshare, positioning, meluluhkan hati, mengedepankan emosi,dll. Misalnya saja istilah kedepankan emosi maka budi ngga akan jalan, berapapun harga yang ditawarkan (selama masih wajar) maka niscaya akan dibeli walaupun ada penjual lain menunjukkan harga lebih murah…, ini alasannya ialah trust dan layanan purnajual, benak yang tertanam, dll.
Membenci dan Mencintai…
Semudah mencintai, semudah itulah membenci seseorang yang pernah singgah di hati kita…, tergantung kasus perkasus sih tapi percayalah minimal setelah putus kemungkinan untuk tetap temanan justru lebih sulit dan pada hasilnya menentukan tidak bekerjasama sama sekali. Saya percaya kalau kita dapat menyayangi seseorang dengan hati yang terdalam maka semudah itu kita akan membencinya, kenapa? Karena benci dan cinta dihasilkan dari hati yang sama, lagipula seseorang yang dapat menyakiti hati kita terang seseorang yang bersahabat dihati kita…, dualitas benci dan cinta tetap saja berasal dari satu hati.
Kenapa perjaka yang lebih badung justru disukai?
Pria badung lebih atraktif, itulah kesan yang ku tangkap. Wanita baik-baik lebih sering jatuh ke dalam pelukan laki-laki nakal, mungkin alasannya ialah laki-laki badung lebih berani dengan wanita? Atau perempuan lebih suka laki-laki nakal? Entahlah, hanya perempuan yang dapat menjawab ini…, lagi-lagi relative menurut selera, tapi coba saja baca buku-buku wacana kekerabatan laki-laki dan wanita, terang laki-laki badung lebih atraktif.
Kenapa?
Ketika perempuan dibuayain dan mereka tau yang dihadapi ialah buaya tetap saja ada yang jatuh ke dalam verbal buaya juga, ini sih hanya mereka yang mengalami yang dapat menjawabnya… Kenapa perempuan dapat melepas laki-laki mapan, cakep, arif dan baik demi laki-laki yang justru tidak lebih baik dari pilihan sebelumnya? Ini sih saya benar-benar penasaran, apakah yang terlalu tepat justru menjadi tidak sempurna?
By: ayo gabung