Pengamalan Pancasila di Zaman Modern - foldersoal.com
Senin, 06 Mei 2019
Edit
Saat ini jangankan diamalkan, teks Pancasila saja orang-orang penting tidak hafal, apa lagi orang awam. |
Kemajuan zaman yang seolah meringkas jagat raya menjadi genggaman manusia, segala sesuatu bisa dideteksi dengan cepat dan mudah. Seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK, proses pendidikan juga mengalami perubahan signifikan. Cara belajar dan media belajar yang tersebar di media masa bisa diserap melalui jejaring sosial oleh siapa pun secara gratis.
Layanan web jejaring sosial kini menjadi bagian integral bagi masyarakat modern umumnya dan komunitas pengguna internet khususnya. Ada banyak sekali layanan web jejaring sosial yang bisa digunakan. Umumnya orang Indonesia hanyalah menggunakan Twitter, Facebook, MySpace, atau mungkin Google+, walau sebenarnya banyak sekali jejaring sosial di luar sana yang masing-masing web memiliki segmen masyarakat masing-masing.
Transformasi teknologi menyebabkan sistem pendidikan berubah. Metodologi pengajaran secara otomatis mengikuti arus perubahan hingga melampaui batas-batas teori. Pedagogik mengarahkan orang-orang modern belajar secara otodidak di semua negara maju. Persyaratan baru yang diperlukan dalam mencari solusi, teknologi memainkan peran yang semakin penting untuk diimplementasikan. Hal ini sudah dimanfaatkan untuk pendekatan pembelajaran baru seperti: kelas onlne, kuliah online, kursus online masif terbuka , mobile learning, dan lain sebagainya. Pemanfaatan jejarang sosial, seperti email, instagram, youtube, filkr, twiter, dll. juga menjadi media komunikasi dan media otodidak yang sangat besar jumlah penggunanya.
Pesatnya kemajuan IPTEK pada dekade global sekarang menyebabkan terjadinya revolusi pendidikan, yaitu suatu akibat dari teknologi yang mengarahkan pada transformasi radikal di sekolah-sekolah dan universitas. Tanpa diseting pun revolusi tersebut otomatis mengubah sistem, karena tak ada seorang yang mampu membendung penggunaan dan efek IPTEK. Kenyataan yang terjadi di setiap waktu sudah dipahami bahwa teknologi baru telah mengubah gaya hidup manusia, budaya, dan lingkungan kerja. Saat ini telah banyak individu yang memutuskan untuk mengadopsi perubahan melalui IPTEK tersebut.
Revolusi pendidikan seperti itu bisa berlangsung di lingkungan keluarga, lingkungan RT/RW, kafe- kafe, di tempat-tempat umum, di kantor-kantor, dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh setiap orang yang memutuskan untuk mengambil pembelajaran menurut kehendak mereka masing-masing dan tidak terbatas usia maupun status sosial. Teori live long education tertanam secara tak sadar melekat pada diri mereka, dan mereka menemukan sendiri di jejaring sosial internet maupun produk berbasis teknologi lain yang sangat mudah untuk membantu mereka menemukan goal education.
Akibat pesatnya perkembangan internet dengan mobile atau portabel menjadikan orang bebas mengakses data dengan mudah di dunia maya, otomatis ia akan memperoleh dan menyerap ilmu atau informasi langsung dari tablet iPhone, laptop, atau komputer yang digunakan. Kebebasan memperoleh informasi yang akibatnya menjadi konsumsi sebagi ilmu tersebut semakin berkembang dan menjadikan semakin kecanduan. Tentu saja selain hal-hal positif, sesuatu yang negatif dan tabu ikut di upload sesuai ide, kultur, dan karakter mereka, yang secara sadar maupun tidak sdar dibuka dan dinikmati/dikonsumsi oleh para user internet.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangan IPTEK, pemanfaatan teknologi tanpa diimbangi penguatan karakter moral positif kepada setiap insan di negeri ini, bukan kebaikan yang diperoleh, justru kehancuran yang akan dipetik. Orang mempunyai kemampuan luar biasa dalam mencipta dan menggunakan IPTEK yang seharusnya secara normal ideal membawa dampak kesejahteraan hidup, bisa jadi berbalik menjadi senjata makan tuan bagi manusia sendiri.
Dengan penguatan karakter yang ditanamkan pada jiwa setiap orang, tentu kemajuan IPTEK membawa kesejahteraan hidup bersama. Agar tidak tersesat dan terseret derasnya arus globalisasi, manusia harus pandai memanfaatkan dan menyikapi kemajuan teknologi. Dalam hal ini semua orang selain mempelajari dan memanfaatkan IPTEK, yang tidak kalah penting harus memperkuat IMTAQ dan budi pekerti masing-masing. Mana kala manusia memiliki dan sedang beradaptasi dengan teknologi canggih yang membuai kehidupan untuk berbuat menuruti kemauan, hanya IMTAQ dan budi pekerti sebagai kendali.
Dalam dunia pendidikan yang diarahkan kepada para pelajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meresmikan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBD) di Jakarta, Jumat (24/7). Program tersebut merupakan pembiasaan sikap dan perilaku positif yang diterapkan terhadap siswa sekolah sejak masa orientasi peserta didik baru hingga masa kelulusan. Ada enam tahapan alur penerapan program penumbuhan budi pekerti, yakni tahap pengajaran, pembiasaan, pelatihan untuk bisa konsisten, proses pembiasaan, pembentukan karakter, dan menjadi budaya. (Jakarta, CNN Indonesia).
Penanaman budi pekerti tidak ada guna dan manfaatnya jika hanya ditanamkan kepada para pelajar di sekolah. Penanaman budi pekerti seharusnya sudah dibiasakan pada setiap insan penduduk Indonesia dalam segala pola pikir, pola bicara, dan pola tindak, sehingga ada kesinambungan antara generasi tua dan generasi penerus bangsa ini.
Jika pemakai alat canggih di zaman modern ini sudah membekali diri dengan sikap mental yang kuat, tentu tidak ada penipuan dengan telepon seluler, tidak ada pembobolan ATM, tidak ada anggota dewan yang tertangkap kamera wartawan menikmati BF ketika sidang, tidak ada korupsi, tidak ada pengguna dan pengedar narkoba, dan lain-lain. Pemakai alat canggih selalu positif thinking sehingga membuahkan kesejahteraan pribadi, keluarga, dan bangsa.
Sebenarnya karakter bangsa Indonesia sudah tersurat secara rinci dan jelas walau singkat. Aturan tersebut sangat fleksibel untuk sepanjang masa dan secara hukum diundangkan menjadi dasar negara dan undang-undang dasar negara. Dalam konspirasi nasional tersebut selain ada lima agama yang disahkan dalam UUD 1945, satu-satunya Dasar Negara Republik Indonesia, adalah Pancasila.
Baca juga: Manfaat Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa
Pancasila sebagai pandangan hidup, pedoman hidup, falsafah hidup, dan pemersatu bangsa, seharusnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua warga negara, terutama para pejabat negara, tokoh masyarakat, dan pemuka agama, karena mereka menjadi barometer kelompok sosial di bawahnya. Nilai-nilai luhur tiap sila Pancasila yang merupakan watak dan kepribadian bangsa Indonesia sesuai cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 harus diamalkan secara murni dan konsekuen. Sebagai acuan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari sangat tepat ketika dituangkan dalam 36 butir Pancasila, namun sekarang sudah banyak dilupakan.
Pertanyaannya sekarang, mengapa semua orang selalu membahas karakter, moral, budi pekerti, dan sejenisnya? Seringnya ada pembahasan para pakar tentang karakter, moral, budi pekerti, dll. tersebut memang sudah terjadi ketidakimbangan antara harapan dan kenyataan tentang hal yang dibahas tersebut. Saat ini jangankan diamalkan, teks Pancasila saja orang-orang penting tidak hafal, apa lagi orang awam.
Jawaban yang tepat bukan kata-kata, melainkan berupa tindakan sadar yang harus dilakukan bangsa Indonesia secara serentak adalah pengamalan Pancasila ditegaskan lagi oleh pemerintah untuk kembali ke jati diri bangsa secara murni dan konsekuen. Ideologi bangsa yang diabaikan sendiri oleh pemiliknya, tidak inpas jika kita menuntut kemajuan teknologi bisa membawa bangsa ini menikmati negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Kalau kita tidak segera insyaf dan kembali ke cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan para nenek moyang kita, kehancuran sudah siap melanda kita.
Jika semua penduduk Indonesia sudah mengamalkan Pancasila dan beribadah menurut agama masing-masing (lima agama yang disahkan UUD 1945), kemajuan teknologi pasti menjadi media dan sarana menuju kemajuan bangsa dan negara. Kembali ke sifat dan karaktr bangsa yang tertuang dalam Pancasila akan lebih baik yang bisa dipetik. Semakin jauh bangsa kita melupakan dan mengabaikan dasar negara yang dibuat dengan tinta darah para pejuang, tak heran jika makin jauh ketenteraman dan kesejahteraan dapat kita tempuh.
*) Ditulis oleh WIDODO SANTOSO, S.Pd.M.Pd. Kepala SDN 4 Mangkujayan Kabupaten Ponorogo Berbagai Sumber